Seandainya Allah menghendaki, mereka tidak akan bertempur, tetapi Allah melakukan apa yang dikehendaki-Nya (QS 2: 253).
Ayat ini mencuat begitu rupa ke dalam benak saya bersamaan dengan semakin mengganasnya Perang Teluk dan sirnanya doa jutaan manusia.
Allah mampu membebaskan manusia dari api peperangan, tetapi Dia tidak mengehendaki itu. Tentu saja ada hikmah di balik kehendak-Nya. Kata penafsir, jika Allah menghendaki terbebasnya manusia dari perang, niscaya dicabut-Nya kebebasan berkehendak dan bertindak yang dianugerahkan-Nya kepada manusia dan diciptakan-Nya manusia seperti malaikat yang hanya mengerjakan apa yang diperintahkan-Nya saja.
Allah adalah Rabb al-'alamin (Pemelihara alam raya) sehingga memberikan sistem yang utuh dalam pemeliharaan-Nya. Salah satu substansinya adalah persaingan atau peperangan. Allah yang menganugerahkan kebebasan bertindak kepada manusia, membiarkan mereka bersaing atau berperang---jika itu yang mereka kehendaki sampai batas yang tidak mengganggu sistem tersebut---bagaikan seorang ayah memberikan kebebasan kepada anaknya dalam batas yang tidak merusak. Bahkan Allah merekayasa melalui sunnatullah (hukum-hukum kemasyarakatan yang ditetapkan-Nya) pembentukan aneka masyarakat dengan kekuatan masing-masing, sehingga tercipta semacam keseimbangan. Dengan demikian, tidak satu pihak pun dapat menguasai secara penuh alam raya ini, karena jika demikian akan terjadi kehancuran di bumi. Bukankah tidak jarang ambisi manusia tanpa batas?
Seandainya Allah tidak mendorong sebagian manusia melawan sebagian yang lain, tentu binasalah bumi ini. Namun Allah mempunyai karunia yang dicurahkan atas semesta alam (QS 2: 251).
Pada ayat yang lain, Al-Quran menegaskan: Tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-geraja, rumah-rumah ibadah Yahudi dan masjid-masjid yang di dalamnya banyak disebut nama Allah (QS 22: 40).
Itulah sebabnya sejarah manusia tidak pernah luput dari peperangan, dan itu pula sebabnya sehingga masyarakat manusia tidak pernah mengenal satu adidaya saja.
Dunia kita menyaksikan betapa salah satu dari dua negeri adidaya digerogoti oleh keruntuhan sistem negara-negara satelitnya, pergolakan dalam negeri serta kemerosotan ekonominya, dan problem-problem besar lainnya.
Kata Al-Quran, melalui peperangan Allah memisahkan yang buruk dari yang baik, menjadikan yang buruk bergabung satu dengan lainnya, lalu semuanya ditumpukkan dan dimasukkan ke Jahannam (QS 8: 37). Di samping itu juga menyiksa yang durhaka, serta melegakan hati orang-orang mukmin (yang pernah dianiaya) (QS 9: 14). dengan harapan semoga yang durhaka menjadi tahu diri (lihat QS 17: 4-8).
Inilah sebagian kecil penjelasan Al-Quran menyangkut perang. Rupanya, "Tangan Tuhan" yang kita harapkan menghentikan perang, telah berperan menyuburkannya, untuk banyak hikmah yang kita tidak sadari. Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.[]
M. Quraish Shihab, Lentera Hati: Kisah dan Hikmah Kehidupan, halaman 304-306
Tidak ada komentar:
Posting Komentar