Al-Quran menekankan secara tegas bahwa faktor utama penyebab kecemburuan sosial adalah jurang yang dalam antara si kaya dan si miskin. Karena itulah perintah mengulurkan tangan kepada mereka yang butuh merupakan salah satu petunjuk yang diulang-ulang, di samping kecaman bahkan ancaman yang ditujukannya kepada para rentenir serta pelaku segala bentuk transaksi dan pengembangan harta yang mengandung unsur eksploitasi.
Segala sesuatu -- termasuk harta benda -- adalah milik Tuhan. Manusia yang beruntung mendapatkannya pada hakikatnya hanya menerima titipan. Bagaimana harta tidak menjadi milik Tuhan, bila produksi apa pun bentuknya, tidak lain kecuali hasil pemanfaatan bahan mentah yang diciptakan dan dimiliki-Nya. Manusia ketika berproduksi hanya sekadar mengadakan perubahan, penyesuaian atau perakitan satu bahan dengan bahan yang lain.
Di sisi lain, manusia adalah makhluk sosial. Kita tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain. Sekian banyak pengetahuan yang diperoleh justru bersumber dari orang lain dan betapapun seseorang memiliki kepandaian, namun hasil-hasil yang dicapainya adalah berkat bantuan pihak-pihak lain -- baik secara langsung dan disadarinya maupun tidak. Seorang petani berhasil karena adanya irigasi, makanan, pakaian, dan stabilitas keamanan, yang kesemuanya itu tidak dapat diwujudkannya kecuali melalui pribadi-pribadi lain.
Jika demikian, sangat wajar jika Tuhan menetapkan agar sebagian dari hasil yang diperoleh seseorang diperuntukkan bagi orang lain. Bukankah mereka mempunyai andil dalam keberhasilan tersebut? Dan sangat masuk akal, apabila kecemburuan bahkan kedengkian dan permusuhan dapat muncul ke permukaan apabila tangan tidak terulur kepada mereka, lebih-lebih bila uluran tangan yang tak datang itu dibarengi dengan pameran kekayaan di hadapan mereka.
Apa yang dilukiskan di atas digambarkan dalam Al-Quran: Apabila kamu beriman dan bertakwa, Dia akan memberikan kepadamu ganjaran dan Dia tidak akan meminta harta bendamu (seluruhnya, karena) jika Tuhan memintanya dan mendesakmu (agar memberikan seluruhnya) niscaya kamu akan kikir karenanya. Dia hanya meminta sebagian kecil, dan ketika itu bila kamu tetap kikir maka Dia akan menampakkan ke permukaan kedengkian (kecemburuan sosial) di antara kamu (QS 47: 36-37).
Sungguh Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana Tuhan. Dia tahu bahwa manusia yang jiwanya masih berpijak di bumi tidak mungkin akan rela menyerahkan seluruh hartanya. Dia bijaksana dalam tuntunan-Nya, bijaksana dalam peringatan-Nya dan bijaksana pula ketika memerintahkan Nabi-Nya agar menyampaikan pesan kepada mereka yang bergelimang dalam harta: Putra-putri Adam selalu berbangga dan berkata: "Hartaku, hartaku..." Mereka tak sadar bahwa hartanya tidak lain kecuali apa yang dimakannya sampai kenyang. Apa yang dipakainya sampai lapuk dan apa yang disumbangkannya kepada orang lain.[]
M. Quraish Shihab, Lentera Hati: Kisah dan Hikmah Kehidupan, halaman 298-300
Tidak ada komentar:
Posting Komentar