Sabtu, 25 Juli 2015

Unstoppable: Menghentikan Yang Tak Terhenti

BAYANGKAN film Speed dan The Taking of Pelham 123. Lebih mudahnya, bayangkan sebuah kereta yang melaju kencang tanpa masinis, membawa bahan berbahaya, dan bisa meledak kapan saja.

Itulah Unstoppable. Judul Unstoppable memang mengacu pada sebuah kereta. Ia sesungguhnya hanya kereta barang biasa. Namun, karena kesalahan salah satu pekerja yang lupa memasang rem angin, kereta barang tanpa masinis dan penumpang itu melesat cepat di rel-rel yang terpasang di sepanjang kota. Kecepatannya, bisa lebih dari 114 km/jam. Karena larinya yang super kencang, kereta ini sangat sulit dihentikan. Usaha mengirim seorang masinis untuk naik ke dalam kereta dan menghentikan lajunya juga gagal dilakukan. Itu masalah pertama.

Masalah berikutnya, kereta tersebut ternyata membawa banyak bahan berbahaya. Artinya, jika kereta tersebut terguling, maka bahan berbahaya tersebut akan meledak dan menghancurkan satu kota. Jadi, ini adalah pilihan yang sulit. Solusinya hanya ada dua. Pertama, pihak yang berwenang harus bisa mengirim orang (dengan berbagai cara) untuk bisa naik ke kereta dan menghentikan lajunya. Kedua, menggulingkan kereta tersebut di luar area permukiman agar tidak ada korban yang terkena ledakan.

Yang pertama, pernah gagal dilakukan. Bisa dicoba lagi, namun risiko gagalnya juga tetap besar. Cara yang kedua juga tidak mudah. Dengan kecepatan kereta yang dahsyat dan gerbong yang banyak, alat penjungkir kereta bisa jadi akan gagal menjungkalkan kereta. Jika gagal, kereta malah akan semakin kencang berlari, hingga akhirnya mentok di stasiun akhir di tengah kota, meledak, dan meluluhlantakkan seisi kota. Tentu saja, pada saat inilah dibutuhkan seorang pahlawan.

Harus ada pahlawan yang mau mengambil risiko mempertaruhkan nyawa demi keselamatan penduduk kota. Jika dalam Speed ada petugas LAPD Jack Traven yang masuk ke dalam bus untuk menghentikan jalannya bom, di film ini ada masinis senior Frank Barnes (Denzel Washington) dan bos baru Will Colson (Chris Pine) yang akan menjadi pahlawannya. Tapi tentu saja, cara mereka agak berbeda dengan Jack Traven. Frank dan Will sebenarnya tidak ada hubungan langsung dengan kereta maut tersebut.

Keduanya hanya sedang membawa kereta dengan banyak gerbong. Namun, karena mereka berpapasan dengan si kereta maut, Frank yang sudah berpengalaman menjadi masinis selama 28 tahun, sedikit banyak merasa tertantang untuk menghentikan kereta tersebut. Ia punya siasat gila dengan mengaitkan keretanya dengan kereta maut untuk memperlambat laju kereta. Kemudian, Will akan melompat ke kereta maut dan menghentikannya.

Rencana ini dengan tegas ditentang bos besarnya karena sangat berbahaya dan bisa membunuh keduanya. Namun, Frank tak peduli. Ia bahkan rela dipecat. ”Toh, aku sebenarnya juga sudah diberhentikan,” kata Frank kepada si bos. Frank memang diberi pensiun dini karena tenaga tuanya akan diganti dengan karyawan-karyawan muda yang bisa digaji murah.

Ketegangan Klasik

Unstoppable sesungguhnya adalah film action thriller yang klasik. Ketegangan dibangun dari berbagai usaha untuk menghentikan kereta tersebut. Masinis yang dikirim dari atas pesawat untuk masuk ke dalam kereta, masinis gaek yang mengejar kereta dengan mobilnya, sampai perseteruan antara anak buah dan bosnya tentang bagaimana cara terbaik untuk menghentikan laju kereta maut.

Sementara kengerian dimunculkan saat kereta maut tersebut harus mengambil korban manusia. Semua ketegangan dan kengerian ini bisa disaksikan di film-film sejenis seperti Speed dan The Taking of Pelham 123. Untuk film terakhir, bukan kebetulan kalau pemain dan sutradaranya sama dengan Unstoppable. Memang, dua film ini sama-sama dibesut oleh Tony Scott, yang dikenal dengan karyanya seperti Enemy of The State dan Deja vu.

Nah, yang sudah pernah menonton film-film Scott, irama dan alur ketegangan Unstoppable tak jauh berbeda dengan film-film tersebut. Bahkan, bisa dibilang, Unstoppable ibarat sekuel dari The Taking of Pelham 123, mengingat ceritanya masih seputar kereta dan pemainnya sama-sama Denzel Washington. Bedanya, jika musuh di Pelham 123 adalah seorang pembajak kereta, di Unstoppable, terornya adalah dari si kereta maut.

Meski begitu, Unstoppable punya nilai lebih dibandingkan Pelham 123. Kelebihannya, karena film ini menyelipkan sisi drama dari para karakter utamanya. Frank punya masalah dengan anak perempuannya. Sementara hubungan Will dengan istrinya tengah memburuk, bahkan sampai dibawa ke meja pengadilan. Ditambah lagi, masalah antara karyawan tua dan muda juga disinggung di film ini. Frank adalah masinis yang sudah berpengalaman selama 28 tahun.

Namun, ia tak kunjung naik pangkat, bahkan akan dipensiunkan dini. Sementara Will, karyawan baru dan baru saja mengikuti pelatihan, langsung mendapat posisi di atas Frank. Padahal, jika ditaruh di lapangan, pengetahuan yang didapat Will di pelatihan tersebut tak cukup untuk membuatnya bekerja dengan baik.

Teman Frank menuduh bahwa perusahaan sengaja melakukan itu demi bisa menggaji murah para karyawan. Meski cerita drama ini bisa dibilang hanya sebagai sisipan, sisi humanisnya memberi nilai lebih pada film action tipikal Scott. Singkatnya, Unstoppable tetap layak ditonton. (herita endriana)

Sumber: http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/365236/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...