Gagap (Stammer, Stutter), menandakan keadaan ketika seseorang sulit untuk berbicara. Baik untuk mengutarakan isi hati dan pikirannya atau untuk menjawab pertanyaan. Ada yang merupakan pembawaan sejak lahir, tetapi ada juga karena sifat kurang percaya diri atau berbicara dalam keadaan gugup, kaget maupun terkesima melihat sesuatu yang tidak biasa.
Memang ada-ada saja anak muda di Indonesia membuat singkatan kata. Istilah ‘gapték’ merupakan kependekan dari ‘gagap teknologi’. Maksudnya bila ada orang yang berhadapan dengan benda-benda teknologi (gadget) langsung ‘menderita’ gagap akibat tidak mengerti harus berbuat apa. Biasanya ada yang minta bantuan teman yang lebih pandai sehingga bila terlalu sering kebingungan akibatnya menjadi ejekan sebagai manusia ‘gapték’.
Kondisi ‘gapték’ ini belum tentu karena seseorang itu bodoh. Umumnya hal ini sering terjadi di Indonesia lebih karena ‘malas’ untuk membaca Buku Petunjuk (Instruction Manual), sehingga akibatnya banyak yang ‘menderita’ ‘gapték’. Bukan hanya di kalangan pengguna komputer. Tetapi pemilik kendaraan bermotor sampai telepon selular juga banyak yang ‘gapték’.
Pada masa awal kemunculan barang-barang Hi-Tech di Indonesia, umumnya Buku Petunjuk hanya tersedia dalam Bahasa Inggris. Kalau pun ada juga hanya dalam Bahasa Melayu yang kalau dibaca oleh orang Indonesia, mulut kita akan terasa seperti sedang makan bakso panas. Sebab bahasa Melayu hanya beberapa yang mirip bahasa Indonesia. Karena tidak biasa mengejanya maka mulut seperti sedang komat-kamit. Bahasa Inggris tidak mengerti, bahasa Melayu bikin pusing, ya sudah lebih baik tanya. Tokh ada pepatah yang mengatakan “Malu Bertanya Sesat Di Jalan”. Beres.!
Itulah sebabnya banyak pemilik kendaraan bermotor, khususnya pemilik mobil Amerika dan Eropa yang sering tertipu oleh bengkel yang seenaknya memakai komponen yang bukan ‘sangat dianjurkan’ oleh pabrik pembuatnya. Alasannya tidak tahu atau harganya sangat mahal. Padahal dengan awetnya kendaraan kita, ongkos yang mahal itu pada kenyataannya akan lebih murah.
Citroen, mobil buatan Perancis yang terkenal itu, di Indonesia mungkin harga untuk yang bekas (Second Hand) bisa dijangkau banyak orang. Tetapi tidak ada yang mau membelinya. Penyebabnya karena awal keluarnya di sekitar tahun 70-80 an, sering mengalami kebocoran oli. Akhirnya mobil ini dikenal sebagai mobil ’becek’ yang sering membuat garasi jadi kotor. Padahal penyebabnya karena Citroen waktu itu hanya menganjurkan oli mesin buatan negaranya sendiri yang dirasakan mahal oleh konsumennya. Mulailah para pemilik Citroen di indoensia mencari bengkel kelas 2. Karena ingin murah, dipakailah oli pelumas mesin yang ‘mirip’ aslinya. Sehingga bukan hanya sering bocor, tetapi mesin mobil itu juga lebih sering terlalu panas (Over Heat). Sebab, oli berfungsi ganda selain sebagai pelumas juga sebagai pendingin. Ditunjang dengan iklim tropis yang sangat panas, hancurlah pasaran Citroen di Indonesia. Ini salah satu akibat buruk ‘gapték’.
Begitu juga dengan nasibnya mobil VW klasik di Indonesia yang sangat terkenal karena lebih banyak mogok dan terbakarnya. Penyebabnya juga hanya oli pelumas yang berfungsi ganda dan selang bensin original saja. Saya sendiri pernah 3 (tiga) kali memiliki VW baik tipe beetle maupun caravan. Tidak ada yang suka mogok maupun sampai habis dimakan api. Kalau mau menggunakan sedikit otak kita, maka jelas, selang bensin VW klasik berada tepat di atas dinamo. Tempat sumbernya api. Sedikit kebocoran dari selang bensin yang murahan, maka tamatlah riwayat mobil kita. Kasihan bagi mereka yang ‘gapték’ soal perawatan mesin. Padahal pembuat mesin itu adalah Dr.Porche, yang terkenal dengan Carrera 911 yang hebat itu…
Paling heboh bila di sebuah kantor ada yang teriak-teriak; “hheeiiii…tolongin gue dooong……!!! Waaah ke-delete deh semua kerjaan gue seminggu ini…!!!” Padahal bila orang tersebut tidak ‘gapték’, dia tinggal klik Undo atau Ctrl Z. Beres. Tidak perlu menimbulkan huru-hara. Tetapi itu juga masih untung dia mau berteriak, sebab ada yang lebih histeris lagi karena terlalu panik malah mematikan komputernya. Langsung pencet ‘Power Off’ dan akibatnya si komputer ‘Hang’ alias mogok tidak bisa di-Start kembali. Dokumen kerjaan akhirnya terhapus selamanya. Kiamat deh..!
Bos saya di kantor adalah lulusan Institut Teknologi Indonesia ‘ciptaan’ BJ Habibie, mantan Presiden RI Ke 3. Saya menyebut bos saya itu sebagai orang yang paling ‘kejam’ terhadap komputer mau pun notebook-nya. Kalau dia sedang bekerja hampir semua program terbuka, sehingga kadang dia bingung tadi lagi buka apa ya…? Terus yang lebih ‘kejam’ lagi, kalau dia sudah selesai bekerja dengan notebook-nya langsung tutup atau pencet tombol Off. Semua program dan file yang tadi terbuka dengan setengah mati akan tutup satu persatu.
Saya dengan sok pandai sering menasihati tindakannya yang sadis itu. Dia hanya tertawa; “Makanya jadi orang jangan ‘gapték’. Komputer jaman dulu, memang semua program dan file yang terbuka harus di tutup dulu baru boleh dimatikan, karena menunggu hard Disk-nya ‘Parkir’. Laaah jaman canggih seperti sekarang biarin aja tuh komputer yang kerja sendiri…”
Sekarang saya pun sudah bergaya seperti dia. Notebook kalau sudah selesai bekerja tinggal saya tutup. Tokh ada sistem Hibernate. Anda tidak tahu apa arti Hibernate..? jangan ‘gapték’, Baca Kamus dan Buku Petunjuk notebook Anda…!!!
Andra Ramadhan Muluk
Astrologer/Writer/Speaker
Sumber: Bahasa Kita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar