Rabu, 27 Mei 2015

Kesatuan Sumber Agama

Pernah suatu ketika, tiga hari besar umat beragama – Islam (Idul Fitri), Kristen (Kenaikan Isa Almasih), dan Budha (Hari Raya Waisak) – hampir berbarengan kehadirannya di tengah umat manusia. Mungkin menarik untuk diketengahkan bahwa ada satu ayat Al-Quran yang menyebutkan secara berdampingan tempat-tempat suci di mana ajaran agama terbesar yang dikenal umat manusia pertama kali muncul. Surah tersebut adalah surah Al-Tin: Wa al-tîn wa al-zaitûn wa thûr sinîn wa hâdza al-balad al-amîn (QS 95: 1-3).

Menurut para pakar Al-Quran, sebagaimana dikemukakan oleh Jamaluddin Al-Qasimiy (1866-1914), dalam tafsirnya, bahwa al-tin di mana Budha pertama kali menerima wahyu Ilahi, al-zaitûn adalah gunung dengan Al-Quds (Yerusalem) di mana Isa a.s. menerima wahyu dan dari sana beliau diangkat ke sisi Tuhan, sedangkan Thûr Sinin (Bukit Sinai) adalah tempat Musa a.s. menerima Taurat dan bercakap-cakap dengan Tuhan, sedangkan hâdza Al-Balad Al-Amin (Makkah) adalah tempat Nabi Muhammad saw. pertama kali menerima Al-Quran.

Dalam kitab perjanjian lama, hal serupa – walaupun tak sama – ditemukan juga. Dalam Kitab Ulangan 33: 2-3 dinyatakan: Tuhan telah datang dari Torsina dan telah terbit bagi mereka itu dari Seir; kelihatan Dia dengan gemerlapan cahaya-Nya di Gunung Paran. Torsina dan Seir masing-masing adalah tempat Nabi Musa a.s. dan Isa a.s. menerima wahyu sedangkan Gunung Paran sebagaimana dijelaskan dalam Kitab Kejadian 21: 21, adalah tempat Nabi Ismail dan ibunya tinggal, sehingga oleh ulama Islam tempat tersebut dipahami sebagai Makkah dan di sanalah kelihatan Tuhan dengan gemerlapan cahaya-Nya melalui wahyu-wahyu yang diterima oleh Nabi Muhammad saw.

Orang boleh setuju atau tidak dengan penafsiran dari ayat-ayat dari dua kitab yang disucikan ini. Namun, yang jelas, bahwa kita semua berkewajiban memberikan penghormatan yang sebesar-besarnya kepada para pemimpin agama-agama tersebut, terlepas apakah kita mengakui atau tidak kenabian mereka (Budha bagi umat Islam dan Muhammad bagi umat yang lain).

Sejarah mencatat dan kenyataan membuktikan bahwa keempat manusia agung tersebut jadi panutan terbesar bagi ratusan juta umat manusia. Kita juga berkewajiban menghormati dan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada para pengikut mereka untuk melaksanakan tuntunan-tuntunan yang mereka ajarkan. Kewajiban tersebut bukan hanya dijamin oleh UUD kita, tidak pula hanya oleh tuntunan agama tetapi juga tuntunan moral dan kemanusiaan.

Di sisi lain, kita dapat berkata bahwa disebutkannya tempat bermula munculnya keempat ajaran agama terbesar itu secara bergandengan oleh Al-Quran memberi isyarat bahwa kesemua ajaran agama tersebut bersumber dari satu sumber, prinsip-prinsip ajarannya sama. Hanya saja, disayangkan bahwa akibat berlalunya masa yang berkepanjangan dari kehadirannya dan masa kita kini akibat dari kelalaian dan campur tangan manusia, maka sedikit atau banyak telah terjadi penambahan, pengurangan, atau bahkan penyimpangan dari ajaran asli yang dibawa oleh para Nabi itu.

Al-Quran berpesan kepada Nabi Muhammad saw. agar menyampaikan kepada penganut agama lain: Katakanlah Muhammad, "Tuhan kita akan mengumpulkan kita semua kemudian Dia akan memberi keputusan antara kita dengan benar dan Dialah Maha Pemberi Keputusan lagi Maha Mengetahui." Maha benar Allah Tuhan Yang Mahaesa.[]

M. Quraish Shihab, Lentera Hati: Kisah dan Hikmah Kehidupan, halaman 448-450

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...