Kepercayaan umat Kristen akan kenaikan Isa Almasih juga diyakini oleh umat Islam, walaupun terdapat perbedaan prinsipil antara kepercayaan kedua umat ini. Perbedaan tersebut antara lain adalah keyakinan umat Kristen menyatakan bahwa Isa a.s. dibiarkan Tuhan untuk disalib, sedangkan umat Islam berkeyakinan penuh, sesuai penegasan Al-Quran: …mereka tidak membunuhnya dan tidak pula menyalibnya, tetapi yang mereka bunuh adalah orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka (QS 4: 157).
…tetapi yang sebenarnya Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana (QS 4: 158).
Dari kalimat "Allah telah mengangkat Isa" umat Islam percaya dengan benar bahwa beliau telah diangkat dan "naik" ke sisi Tuhan. Hanya saja sebagian umat memahami redaksi tersebut secara harfiah sehingga mereka percaya bahwa Isa belum mati dan hingga kini masih hidup di langit dan suatu ketika akan turun ke bumi untuk meluruskan kekeliruan-kekeliruan umatnya. Pemahaman di atas dinilai oleh sebagian pakar Al-Quran dan hadis sebagai tidak mempunyai dasar yang kuat.
Kalimat Allah mengangkat Isa dipahami dalam pengertian majazi, yakni Allah mengangkat derajatnya ke sisi-Nya. Bahwa hadis-hadis yang berbicara tentang turunnya ke bumi nanti, kesemuanya tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Apalagi sumbernya adalah dua orang, yaitu Ka'ab Al-Ahbar dan Wahab bin Munabih, dua orang yang pernah menganut ajaran Kristen sehingga tidak mustahil bahwa apa yang disampaikan merupakan sisa kepercayaan lamanya.
Tulisan ini tidak bermaksud menyelesaikan atau memenangkan satu kepercayaan mengenai kenaikan Isa dengan kepercayaan yang lain, tetapi kita ingin menarik pelajaran dari apa yang menjadi kepercayaan tersebut, yaitu antara lain bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan siapa pun yang berjuang demi kebaikan dan kebenaran. Kalaupun seandainya yang bersangkutan tidak memetik buah usahanya dalam kehidupan dunia ini, pasti ia akan menikmati hasilnya kelak di sisi Tuhan.
Kenaikan Almasih, walaupun dengan pengertian yang berbeda-beda, menunjukkan bahwa betapa kuat dan kuasa suatu kekuatan fisik untuk menundukkan atau melenyapkan kebenaran dan pemuka-pemukanya, namun hasil akhir yang diperoleh adalah kemenangan dan kebenaran itu jua.
Almasih, walaupun telah disalib atas perintah atau persetujuan Penguasa (menurut kepercayaan Kristen), atau diselamatkan Tuhan dan diangkat ke sisi-Nya (menurut kepercayaan Islam) pada akhirnya memperoleh kedudukan istimewa. Dan ujung-ujungnya – terlepas dari penilaian terhadap suatu keyakinan – seperti kata Pascal, ahli matematika, filosof dan sastrawan Prancis (1623-1662 M): "Almasih telah mencapai puncak kejayaan. Bukankah ilmuwan, pemimpin perang dan negarawan pada tunduk bertekuk lutut walau beliau tidak menggunakan kekuatan fisik sedikit pun?"
Sebagai Muslim kita percaya kepada Almasih, utusan dan hamba Allah yang tidak sesaat pun ditinggalkan oleh-Nya. Kepercayaan ini tak dapat ditawar-tawar, sehingga benar kata Syaikh Muhammad Abduh: "Seorang Muslim tidak dinamai Muslim sebelum ia menjadi masihi," dalam arti meyakini Almasih sebagai rasul atau utusan Tuhan tidak ubahnya seperti rasul-rasul lain walaupun beliau dilahirkan tanpa ayah.
Salam sejahtera semoga tercurah kepada Almasih pada hari kelahirannya, hari wafatnya, dan hari beliau dibangkitkan kelak.[]
M. Quraish Shihab, Lentera Hati: Kisah dan Hikmah Kehidupan, halaman 439-441.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar