Tiga binatang kecil menjadi nama dari tiga surah di dalam Al-Quran, yaitu Al-Naml (semut), Al-'Ankabut (laba-laba), dan Al-Nahl (lebah).
Banyak yang salah baca karena mereka menempatkan tekanan bukan pada BAGAIMANA membaca, melainkan pada APA yang dibaca, dan DI MANA suatu teks ditulis dan disajikan.
Sabtu, 27 Juni 2015
Jumat, 26 Juni 2015
Kerja itu Persoalan Politik!
Judul Buku: The Problem with Work :Feminism, Marxism, Antiwork Politics, and Postwork Imaginaries
Penulis: Kathi Weeks
Penerbit: Duke University Press, 2011
Tebal: 287 halaman
Penulis: Kathi Weeks
Penerbit: Duke University Press, 2011
Tebal: 287 halaman
Selasa, 23 Juni 2015
Fungsi dan Posisi Sunah Dalam Tafsir
Wa anzalna ilayka al-dzikra litubayyina li al-nas ma nuzzila ilayhim (Dan Kami turunkan kepadamu Al-Qur'an agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka) (QS 16:44).
Sabtu, 06 Juni 2015
Sastra, Perempuan, Seks
Judul : Sastra, Perempuan, Seks
Penulis : Katrin Bandel
Cetakan : 2006
Tebal : 166 halaman
Ukuran : 15 x 21 cm
ISBN : 979-3684-53-4
Harga : Rp 35.000
Penulis : Katrin Bandel
Cetakan : 2006
Tebal : 166 halaman
Ukuran : 15 x 21 cm
ISBN : 979-3684-53-4
Harga : Rp 35.000
Jumat, 05 Juni 2015
Tentang Penggiringan Opini Publik Dalam Skandal Buku 33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh
Perdebatan dan perselisihan adalah hal yang wajar dan sudah seharusnya di dunia intelektual, termasuk sastra. Namun kasus buku 33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh sungguh di luar kebiasaan. Bukan saja kasus itu sendiri, khususnya penobatan Denny JA sebagai salah satu “tokoh sastra Indonesia paling berpengaruh”, bersifat cukup ekstrim. Tapi ada hal yang sangat aneh dan tidak lazim terjadi dalam perdebatan di dunia sastra, yaitu diskusi intelekual antarsastrawan dan pegiat sastra seputar buku tersebut mendadak dibawa ke ranah hukum, serta disosialisasikan lewat media massa di luar konteks dunia sastra. Tindakan tersebut cukup memprihatinkan, sebab dalam sosialisasi lewat media massa tersebut terjadi usaha penggiringan opini publik yang cukup mencolok. Perhatian dialihkan dari substansi kritik terhadap buku 33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh pada lontaran berupa kata “bajingan” dan “penipu” yang berusaha dilepaskan dari konteks perdebatannya, dan fokus digeser dari Denny JA pada Fatin Hamama. Maka dalam pembahasan ini saya akan berfokus pada permasalahan penggiringan opini tersebut.
Label:
33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh,
boemipoetra,
Denny J.A.,
Esai,
Fatin Hamama,
Katrin Bandel,
Komnas Perempuan,
Polemik Sastra,
Puisi Esai,
Saut Situmorang
Kamis, 04 Juni 2015
Ana Bunga
Terjemahan bebas (Adaptasi) dari puisi Kurt Schwittters, Anne Blumme
Oleh:
Sutardji Calzoum Bachri
Oh kau Sayangku duapuluh tujuh indera
Oleh:
Sutardji Calzoum Bachri
Oh kau Sayangku duapuluh tujuh indera
Rabu, 03 Juni 2015
Kasus Bajingan Saut Situmorang
“Saut bukan kriminal, ia adalah pengkritik yang ingin melindungi sastra Indonesia dari manipulasi uang dan kepentingan lain yang mencemarkan sastra Indonesia.”
—Irwan Bajang kepada Merdeka.Com
Selasa, 02 Juni 2015
Ajari Aku Tidur
tuhan sayang ajari aku tidur
seperti dulu menemuimu di rahim ibu
sesudah lahir menjadi anak kehidupan
sesudah didera tatakrama, pendidikan, politik
dan kebodohan
bisaku cuma tertidur
tertidur
seperti dulu menemuimu di rahim ibu
sesudah lahir menjadi anak kehidupan
sesudah didera tatakrama, pendidikan, politik
dan kebodohan
bisaku cuma tertidur
tertidur
Senin, 01 Juni 2015
Saduran Puisi-Puisi Marx
Ada beberapa hal yang bisa dikritik dari Marx. Tentu, Franz-Magnis Suseno pun mengakui, Marx hanya manusia biasa, bukan Tuhan, dan—kita hanya perlu merujuk pada kapasitas Fraz-Magnis sebagai seorang pastor dalam hal ini—ia punya banyak salah dan dosa. Bangunan teoretisnya pun—lagi, seturut mazhab Jesuit—bertanggung jawab atas melayangnya jutaan nyawa manusia (sebagai orang beriman, Franz-Magnis melihat kematian sebagai takdir, dus “tanggung jawab” Tuhan), kemelaratan (lagi, ini semata-mata takdir), serta kekejaman (please, Tuhan memusnahkan Sodom dan Gomorrah hanya karena mereka gay!) di seantero dunia. Dengan demikian, Marx salah bukan hanya karena ia ingin membangun “kerajaan Allah” di muka bumi—suatu pekerjaan yang mustahil dan bahkan, jika kita hidup di abad pertengahan, menghina Tuhan—melainkan juga karena ia telah menghabiskan hidupnya untuk mengajarkan paham ekonomi-politik yang tidak manusiawi—dan kita tahu, dengan segala ke-maha-annya, Tuhanlah yang paling tidak manusiawi.
Minggu, 31 Mei 2015
Di Mana Kesantunan?
Pada 6 April 1977, sastrawan-wartawan Mochtar Lubis menyampaikan pidato kebudayaan di Taman Ismail Marzuki, yang kemudian dibukukan, dan kelak monumental karena mendeskripsikan ciri-ciri orang Indonesia, yang membuat banyak pihak terhenyak.
Langganan:
Postingan (Atom)