Kehadiran Lailatul Qadr, menurut sekian banyak hadis Nabi, diharapkan pada malam-malam ganjil pertigaan terakhir dari bulan Ramadhan. Apakah “Malam Qadr" itu dan bagaimana kehadirannya? Qadr berarti “Mulia”. Kemuliaannya, antara lain, karena turunnya Al-Quran pada malam itu. Qadr juga berarti “pengaturan” karena ketika itu Allah mengatur khiththah dan strategi Nabi-Nya guna mengajak manusia kepada ajaran yang benar. Qadr juga berarti “ketetapan” karena pada malam itu terjadi ketetapan bagi perjalanan hidup makhluk (manusia).
Tidak kurang orang mengaitkan kehadiran Lailatul Qadr dengan tanda-tanda alamiah. Hal tersebut tidak mempunyai dasar yang dapat dipertanggungjawabkan. Yang jelas ialah ketika itu dirasakan – oleh yang menemui – adanya kedamaian dan kesejahteraan. Ketika itu turun juga malaikat – sesuatu yang tidak dapat kita ketahui hakikatnya.
Betapapun arti dan hakikat Lailatul Qadar, yang jelas adalah bahwa Nabi menganjurkan umatnya untuk berusaha “menemuinya”. Tentu saja pertemuan dengannya bukan menunggu dengan tidak tidur sepanjang malam, karena jika demikian maka orang-orang yang tidak tidurlah yang akan memperoleh kebahagiaan. Menanti kehadirannya adalah dengan jalan beribadah, mendekatkan diri kepada Allah sambil menyadari dosa dan kelemahan kita, yang harus dilakukan khususnya sepanjang bulan Ramadhan. Hal tersebut bila dilakukan secara sadar, ikhlas dan berkesinambungan, akan berbekas di dalam jiwa sehingga menimbulkan kedamaian, ketenteraman, dan dapat mengubah secara total sikap kejiwaan seseorang.
Memang, ada saat-saat dalam perjalanan hidup manusia yang dapat menimbulkan kesadaran ruhani yang pada akhirnya membawa dampak positif bagi kehidupannya. Dan benar juga bahwa saat-saat tersebut dapat terjadi sewaktu-waktu. Tetapi, pada bulan Ramadhan – khususnya pada malam-malam terakhir di mana jiwa telah diasah dan diasuh – pelbagai kemungkinan tersebut bisa menjadi lebih besar. Mungkin itu sebabnya Nabi Muhammad saw. menyatakan bahwa kehadirannya terjadi pada malam-malam terakhir bulan Ramadhan.
Apabila kesadaran ruhani telah diperoleh seseorang, maka akan berubah seluruh sikap dan pandangan hidupnya. Ia benar-benar merupakan peletakan batu pertama dari kebajikan sepanjang usianya dan sekaligus ia merupakan “malam penetapan” atau Lailatul Qadr bagi kehidupan di alam fana’ dan baqa’. Sejak itu hingga akhir hayatnya, yang dilanjutkan sampai di akhirat, ia akan merasakan kedamaian dan kesejahretaan. Ia juga akan merasakan kehadiran malaikat yang, antara lain, berfungsi mengokohkan jiwanya serta membimbing dan mendorong untuk melakukan kebajikan-kebajikan serta menghindari pelanggaran-pelanggaran.[]
M. Quraish Shihab, Lentera Hati: Kisah dan Hikmah Kehidupan. hlm. 188-190.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar